^_^

SELAMAT DATANG UNTUK PARA PENGUNJUNG DAN SILAHKAN MENGAKSES DATA

Senin, 07 Februari 2011

Divisi Anatomi Tumbuhan Obat-Obatan

BAB 1
DIVISI SCHIZOPHYTA
(Tumbuhan Belah)

Golongan tumbuhan ini di bedakan dalam dua kelas :
Kelas: a. Cyanophyceae ( Myxophyceae, Schizophyceae) ( ganggang biru)
b. Bacteria (Schizophytes) (Bakteri).
Dari schizophyta yang terdiri dari organisme uniseluler dan belum mempunyai inti yang nyata itu sehingga sekarang dari Cyanophyceae belum di kenal anggota-anggotanya yang berkhasiat obat atau menghasilkan sesuatu yang berguna dalam dunia obat-obatan.
Sebaliknya dari Bacteria telah di kenal bermacam-macam jenis yang menhasilkan bahan yang amat berharga yaitu : antibiotika.

Kelas: BACTERIA (SCHIZOMYCATES) (Bakteri)
Jasad bersel satu, besar beberapa mikro, bahkan ada yang kurang dari 1 mikro, tidak mempunyai inti, plastida dan klorofil, bentuk bermacam-macam, seringkali bercabang atau membentuk koloni yang berupa benang-benang. Dalam plasma terdapat satu atau dua benda yang di pandang setara dengan inti yang di sebut : nukleoid yang mengandung asam dioksi-ribo-nukleat, tetapi tidak mengandung asam ribo nukleat. Asam ribo-nukleat terdapat difus dalam plasma dan mengingat, bahwa asam tersebu merupakan salasatu penyusun inti yang penting, di duga bahwa inti bakteri terbagi rata seluruh plasma.
Pada bacteria sering terdapat zat warna, antara lain :
- Bacterioklorofil-a
- Bacterio piridin
- Bacterio eritrin
- Karotenoid
Dinding sel bacteri lunak, terdiri atas hemiselulosa dan zat semacam paktin.Permukaan dinding sel selalu mempunyai selaput lendir yang terdiri atas hemiselulosa pula. Hanya pada bakteri tertentu saja dinding sel terdiri at5as selulosa, yaotu pada bacteri xylinum.
Dalam tingkat perkembangan tertentu bakteri mempunyai alat-alat bergerak, yang berupa benang-benang plasma yang menonjol keluar yang di sebut : bulu cambuk. Bergantung dari letak dan jumlah bulu cambuknya kita membedakan :
- Monotrik
- Ditrik
- Dipolar
- Lofotrik
- Peritrik
- Subpolar
Karena tak mempunyai zat warna kebanyakan bacteria bersifat heterotrof, ada yang saprofitik, ada yang parasitrik. Yang mempunyai zat warna bersifat fotoautotrof dan di samping itu ada pula yang meskipuntidak mempunyai zat warna tetapi bersifat autotrof pula, di antaranya termasuk anargoksidan yang denagan mengoksidakan zat-zat anorganik memperoleh tenaga guna asimilasinya.
Bacteria berkembang biak dengan :
a. Membelah diri, dari itu di sebut schizomysetes
b. Dengan endospora.
Bakteri di temukan di mana-mana, di air, dalam tanah, di udara, dan lain-lain.
Dalam sistematik Bacteria dibdakan dalam 5 bangsa :
1. Eubacteriales
2. Chlamydobacteriales
3. Mycobacteriales
4. Myxobacteriales
5. Spirochaetales
Dari ke-5 bangsa ini hanya eubacteriales dan mycobacteriales yang mempunyai anggota-anggota yang menhasilkan bahn obat-obatan.


Bangsa : Eubacteriales
Bangsa ini mencangkup bacteri yang bersel satu, tidak bercabang dan merupakan sebagian besar bacteria seluruhnya.

Eubacteriales di bedakan dalam 3 suku
- Coccaceae
- Bacteriaceae ( bacillaceae)
- Spirillaceae
Dari ke-3 suku ini yang anggotanya ada yang bermanfaat ialah :

Suku : Baccilaceae suku ini terdiri atas bacteri yang sel-selnya berbentuk batang, tidak bercabang, bersifat gram positif dan menghasilkan endospora. Dari suku ini yang penting ialah Bacillus Brevis.

Teknis dapat di pelihara secara besar-besaran dalam kultur di bawah air yang selalu di jaga jangan sampai kekurangan O2. Dari tiap satu cairan kultur bakteri ini dapat di peroleh lebih kurang 0.5 gr tirotrisin.
Tirotrisin dapat mudah larut dalam air. Pemakaian anti biotika ini harus hati-hati, karena dapat menimbulkan kerusakan bakteri-bakteri darah merah ( Hemolisis).
Tirotrisin di gunakan untuk melawan :
- Staphylococcus
- Sterptococcus

Bangsa : Mycobacteriales
Sel-sel berbentuk batang, tidak bergerak dan dalam syarat-sayarat hidup tertentu membentuk percabangan yang sungguh. Bangsa ini antara lain meuat :


Suku : Mycobacteriaceae. di dalamnya tergolong beberapa macam bacteri yang patogen, misalnya :
- Mycobacterium tuberculosis
- Mycobacterium leprae
- Corine bacterium diphteriae.
Suku : Actinimycetaceae. Bakteri ini di namakan demikian karena bentuk percabangannyaa sering kali menyerupai bintang. Dari suku ini berhubung dengan kemampuannya untuk menghasilkan antibiotika di pisahkan suatu golongan yang merupakan suku tersendiri, yaitu:

Suku : streptomycetaceae. Suku ini merupakan golongan bakteri yang menunjukan sifat-sifat yang mendekati fungsi bakteri terdapat dalam tanah maupun dalam udara, dan sebagian hidup sebagai parasit pada tumbuhan tinggi. Bakteri ini membentuk koloni yang berwarna, dan warna koloninnya bergantung pada macamnya substratnya. Koloni itu mempunyai bau tanah

BAB 2
DIVISI THALLOPHYTA
(Tumbuhan Talus)

Divisi thallophyta adalah tumbukan yang memiliki thalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur / fungi, bakteri dan ganggang / alga.Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan gamet serta perkembangan zigotnya.
Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae. Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu atau lebih divisi.
Ciri-Ciri dan Klasifikasi Thallophyta
Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
2. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri deferensiasi Archegoniatae.
3. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.


Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera. Contoh obat : Usnea filipendula (antibiotik)

BAB 3
DIVISI BRYOPHYTA
(Tumbuhan Lumut)

Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan platida yang mengandung klorofil-a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporogoniumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut perut, dan bagian yang sempit leher.Mikrogametangium (anteredium) adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat atau seperti gada. Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri atas selapis sel-sel mandul. Pada Bryopgita embrio itu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan menghasilkan spora, yaitu sporogonium.

Perkembangbiakan lumut berlangsung sebagai berikut.
Spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-lembaran daun (Hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunya (pada Musci). Bagian bawah embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke bagian jaringan mulut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang kuat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah disebut di atas dinamakan sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga disebut kapsul spora. Maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan kaliptra. Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dan pembelahan induk reduksi tejadilah empat spora yang berkelompok membentuk tetrade. Dinding spora tediri atas dua lapisan, yang luar kuat disebut eksoaporium, dan yang dalam lunak disebut endosperium. Jika spora berkecambah eksosporium pecah. Selain pembiakan dengan spora, pada lumut tersdapat pula pembiakan vegetatif dengan kuncup eram, yang terjadi dengan bermacam-macam cara pada protonema, talus atau bagian-bagian lain pada tubuh lumut. Kuncup eram dapat melepaskan diri dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Selain dari itu, semua bagian tubuh lumut jika dipotong menunjukkan daya regenerasi yang sangat besar. Daun-daun mempunyai rusuk tengah, terdiri atas satu atau beberapa lapis sel (terutama dekat rusuk tengah, daun selalu terdiri atas satu atau beberapa lapis sel), tetapi belum memperlihatkan adanya daging daun (mesofil). Sebagian tumbuhan lumut telah mempunyai semacam liang udara yang berguna untuk pertukaran gas, jadi mempunyai fungsi seperti stoma pada tumbuhan tinggi.
Beberpa lumut bersifat kosmopolit, dapat ditemukan dimana-mana. Lain-lain jenis
mempunyai daerah distribusi yang terbatas. Pada bermacam-macam tempat, misalnya tanah dalam rimba, batu-batu, cadas-cadas, gambut, kulit pohon, dan lain-lain. Lumut-lumut itu merupakan asosiasi tumbuhan yang karakteristik.
Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan ciri-ciri yang jelas yaitu:
- Hepaticae (lumut hati)
- Musci (Lumut daun)
Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporongiumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof, dan sebagai hasil asimilasi telah mendapat zat tepung.


3.1. KELAS HEPATICAE (LUMUT HATI)
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya
mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. Dan karena hidupnya di atas daun lumut tadi merupakan satu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifil.

3.1.1. Bangsa Anthocerotales (Lumut Tanduk)
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimauki dalam satu suku kerja,yaitu suku Anthocerotaceae. Berlainan dengan golongan mulut hati lainnya, sporogoniumAnthocerotales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit. Gametofit mempunya talus bentuk cakram denga tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-sel hanya mempunyai satu kloroplas sel-sel ganggang. Sporogonium tidak bertangkai, mempunya bentuk seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghaislkan spora yang disebut arkespora. Selain spora arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Anthocerotales hanya terdiri atas satu suku, yaitu Anthocerataceae, yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A.fusiformis, Notothylus valvata.

3.1.2. Bangsa Marchantiales.
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agakrumit. Sebagai contoh Marchantia polymorpha. Talus seperti pita ± 2 cm, lebarnya, agak tebal berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai satu rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisiksisik perut atau sisik-sisik vertal. Dinding liang itu terdiri atas 4 cincin, masing-masing cincin terdiri atas empat sel.

3.1.3. Bangsa jungermaniales.
Lumut hati yang kebanyakan kecil hidup di atas tanah atau batang-batang pohon, di daerah tropika juga sebagai efifit pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini meliputi 90 % dari semua Hepaticae. Bentuk-bentuk tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai Marchantia, talus berbentuk pita, sempit dan bercabang-cabang mennggarpu. Kebanyakan Jungermaniales telah mempunyai semacam batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsivental. Selain dua baris bagian-bagian serupa daun-daun yang kesamping tadi, seingkali terdapat sederetan bagian-bagina semacam daun lagi yang terletak pada sisi bawah, dan dinamakan daundaun perut atau amfigastrium. Perkembangan anteridium dan perkembangan permulaan embrionya sedikit menyimpang dari cara-cara yang telah kita kenal pada hepaticae. Pada jurgermaniales yang tubuhnya bersifat talus, arkegoniumnya diliputi oleh periketium yang dikelilingi oleh bagin-bagian yang mempunyai bentuk yang khusus, seperti pada bunga tumbuhan tinggi (Angiospermae) bagian itu disini juga dinamakan periantium.Menurut duduknya sporangium, Jungermniales dibedakan dalam tiga suku:
Suku anacrogynaceae ujung talus tidak ikut mengambil bagian dalam pembetukan arkegonium; sporogonium terdapat pada sisi punggung, dan pada beberapa jenis diliputi oleh periketium yang tergolong di sini antara lain:
- Pelia epiphilla, talus menyerupai marchantia, hidup di atas tanah yang basah.
- Metzgeria furcata, talus berbentuk pita sempit , bercabang-cabang menggarpu , hidup padabatang pohon atau juga batu padas.
- Metzgeria conjugate
- Blasia pusilla, talus lebar, mempunyai rusuk tengah, pada tepi talusnya mulai tampak
terbentuknya alat-alat sepeti daun.

3.2. KELAS MUSCI (LUMUT DAUN)
Lumut daun meliputi kurang lebih 12.000 jenis yang mempunyai daerah agihan yang sangat luas.Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkandi atas pasir yang bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut ini dapat kita jumpai di antararerumputan, di atas batu cadas, pada batang batang dan cabang cabang pohon, di rawa-rawa, jarangdi dalam air.Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka tubuhnya pun memeperlihatkanstruktur yang bermacam-macam pula. Kebanyakan lumut daun suka tempat yang basah, tetapi adapula yang tumbuh di tempat yang kering. Beberapa jenis diantaranya dapat sampai berbulan-bulanmenahan kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan, bahkan ada yang tahan kekeringan sampaibertahun-tahun.
Di tempat-tempat yang kering lumut itu membentuk badan berupa bantalan, sedangkan yang hidup ditanah hutan,membentuk lapisan seperti permadani. Dalam hutan dipegunungan daerah tropika batang dan cabang-cabang pohon penuh dengan lumut yang menempel, berupa lapisan yang kadang-kadang sangat tebal dan karena basahnya selalu mengucurkan air. Hutan demikian itulah yang disebut hutan lumut, yang sering juga disebut hutan kabut, karena hutan itu hampir selalu diselimuti kabut ( elfin forest ). Di daerah gambut lumut dapat menutupi areal yang luasnya sampai ribuan km kuadrat, demikian pula di daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Lumut daun yang tenggelam jarang kita temukan. Lumut yang membentuk bantalan karena tidak berakar hampir-hampir tidak mengisap air dari tanah,bahkan melindungi tanah itu terhadap penguapan air yang terlalu besar. Spora lumut daun di tempat yang cocok berkecambah merupakan protonema, yang terdiri atasbenang-benang berwarna hijau, bersifat fototrop positif, banyak bercabang-cabang, dan dengan matabiasa kelihatan seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Protonema itu mengeluarkan rizoidrizoid
yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan sekat-sekat miring, bersifat fototrop
negatif, masuk ke dalam tanah dan bercabang-cabang. Rizoid telah mulai terbentuk pada pembelahanspora yang pertama pada sisi yang tidak terkena cahaya.
Jika cukup mendapat cahaya, pada protonema lalu terbentuk kuncup yang akan berkembang menjaditumbuhan lumut. Kuncup mula-mula berupa penonjolan- penonjolan ke samping dari sel-sel bawahpada suatu cabang protonema. Setelah kuncup itu merupakan 1 – 2 sel tangkai, maka dalam selujungnya lalu terjadi sel serupa pyramid, karena terbentuknya sekat - sekat yang miring. Sel-selbentuk pyramid itulah yang seterusnya merupakan sel pemula yang meristematik. Sel itu tiap kali memisahkan suatu segmen sebagai sel-sel anakan baru, dan akhirnya berkembanglah tumbuhan lumutnya. Jika banyak terbentuk kuncup-kuncup demikian tadi , maka tumbuhan lumut seringkali tersusun seperti dalam suatu rumpun. Tumbuhan lumut daun selalu dapat dibedakan dalam bagianbagianberupa batang dengan daun-daun. Di samping itu terdapat rizoid-rizoid untuk melekat padasubstrat.
Pada Musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dandikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyaibentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada Jungermaniales juga dinamakan periantium.
Kemudian alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok ituterdapat baik arkegonium mauoun anteridium, dan dinamakan berumah dua jika kumpulanarkegonium dan anteridium terpisah tempaynya. Di antara alat-alat kelamin dalam kelompok itubiasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri atas banyak sel dan dapat mengeluarkansuatu cairan. Seperti pada tubuh buah Fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.Pada Musci tertentu yang berumah dua, tumbuhan jantan hanya kecil saja, dan setelah pembentukanbeberapa daun, segera menghasilkan anteridium. Pada Buxbaumia aphylla tumbuhan jantan hanyaberbentuk satu daun yang tidak berklorofil dan tergulung seperti bola,sedang tumbuhan betinamempunyai banyak daun. Juga spora yang dihasilkan tumbuhan jantan, serinykali lebih lebih kecil daripada spora yang dihasilkan oleh tumbuhan tumbuhan. Muncullah dengan ini peristiwa heterospori yang kita jumpai pada beberapa golongan Pteridophyta. Musci dibedakan dalam 3 bangsa :

3.2.1. Bangsa Andreaeales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae, dengan satu marga Andreaea.Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula mula diselubungi oleh kaliptrayang bentuknya seperti kopiyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh- contoh : Andreaea petrophila, A. rupestris.

3.2.2. Bangsa Sphagnales ( lumut gambut )
Bangsa ini hanya terdapat satu suku Sphagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini meliputisejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa danmembentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedangbagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja.
Batangnya banyak bercabang-cabang: cabang-cabang muda tumbuh tegak dan memebentuk roset pada ujungnya. Daun daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang di bawah puncuk tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit demi sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah. Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti sepon, dapat menghisap banyak air. Dinding yang membujur maupun yang melintang mempunyai liang-liang yang bulat. Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal bentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung banyak klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk memenuhi keperluan akan air dan garam makanan. Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabang yang menjadi pendukung alat-alat kelamin. Cabang-cabang tumbuhan jantan mempunyai anteridium yang bulat dan bertangkai di ketiak ketiak daunnya. Cabang tumbuhan betina mampunyai arkegonium pada ujungnya. Cabang pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada ujungnya, jadi seperti lumut hati, dan berbeda dengan lumut daun umumnya. Sporangium hanya berbentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar, dan sampai lama diselubingi oleh dinding arkegonium. Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporangium. Kapsul spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium.
Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporangium dengan kakinya yang melebar dan merupakan haustorium terdapat dalam suatu perpanjangan ujung batang.Sehabis pembuahan, kaki lalu memanjang seperti tangkai dan dinamakn pseudopodium.Contoh-contoh lumut gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S. squarrosum, S. acutifolium.

3.2.3. Bangsa Bryales
Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul sporanyatelah mencapai diferensiasi yang palimg mendalam. Sporangiumnya mempunyai suatu tangkai yang elastis, yang dinamakn seta. Tangkai dengan kaki sporangiumnya tertanam dalam jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra. Kaliptra ini berasal dari bagian atas dinding arkegonium. Dengan bentangnya sporangium, dinding arkegonium akhirnya terpisah pada bagian perut arkegonium tadi, dan sebagai tudung ikut terangkat oleh sporangium yang memanjang itu. Leher dindimg arkegonium segera menjadi kering dan merupakan puncak kaliptra. Jadi sel-sel yang emnyusun kaliptra tidak merupakan sel-sel diploid akan tetapi terdiri atas sel-sel gametofit yang haploid. Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari sporangium, dapat berkembang terus dan menghasilkan rambut-rambut yang menyerupai benang-benang protonema dengan pertumbuhan yang terbatas. Pada jenis lumut-lumut tertentu ( antara lain pada warga Funaria ) kaliptra melebar seperti perut dan berguna sperti penimbun air bagi sporangium yang amsih muda. Bagian atas seta dinamakan apofisis. Pada jenis-jenis lumut tertentu apofisis mempunyai bentuk dan warna yang khusus. Menurut poros bujurnya kapsul spora itu mempunyai jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung mengelilingi jaringan kolumela itu. Kolumela dan ruang spora dikelilingi oleh ruang antar sel yang terdapat di dalam jaringan dinding kapsul spora.
Bagian atas dinding kapsul dikelilingi kapsul spora tersusun merupakan tutup (operculum).Di bawah tepi operculum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran sempit dan dinamakan cincin. Sel-selnya mengandung lender yang dapat mengembang dan menyebabkan terbukanya operculum. Khusus pada kebanyakan warga Bryales di bawah operculum terdapat suatu organ berupa gigi yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi ini yang dinamakan peristom. Seringkali di bawah operculum kapsul spora terdapat dua peristom , misalnya pada Mnium hornum. Peristom luar terdiri dari 16 gigi yang melekat pada dinding kapsul spora.
Pada warga Musci terdapat perbedaan bentuk dan susunan peristomnya. Pada beberapa jenis lumut yang tergolong marga Archidium, Phascus, Ephemerum, susunan sporangiumnya sangat sederhana. Padanya tidak terdapat operculum, cincin maupun peritom. Dinding kapsul spora membuka tidak beraturan karena adanya bagian – bagian dinding yang menjadi busuk.
Untuk rumah tangga airnya, jaringan pengankutan yang masih amat sederhana memainkan perana yang sangat penting dalam tangkai sporangium saja. Bagi lumut yang belum mempunya akar – akar yang sungguh itu, pengangkutan air ke atas berlangsung melalui sistem kapiler yang yang etrdiri atas batang dan daun – daun yang telah terkulai. Sistem kapilar itu dapat menghisap banyak air, bahkan dapat mempergunakan lengas dalam udara.
Menurut cara pertumbuhannya Bryales dapat dibedakan dalam dua golongan , yaitu :
a. yang tumbuh ortotrop,
b. yang tunbuh plagiotrop.
Pada yang tumbuh ortotrop pertumbuhannya diakhiri dengan pembentukan arkegonium, dan
sporangium yang etrjadi dari arkegonium itu berdiri pada ujung batang lumut , oleh sebab itu lumut itu dinamakn lumut akrokarp. Pada yang tumbuh plagiotrop, batang pokoknya mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, dan arkegonium serta sporongiumnya terdapat pada cabang – cabang pendek. Dalam mengklasifikasikan Bryales lebih lanjut, bentuk kapsul spora, peristom operculum , dankaliptra , merupakan tanda – tanda pengenal yang penting. Dalam taksonomi Bryales lazimnya dibedakan atas dasar sifat-sifat peristomnya sebagai berikut.

I. Arthodontea
Gigi peristom tipis seperti selapur, berasal dari satu lapis sel sporangium. Gigi – gigi mempunyai garis – garis melintang dan bersendi. Arthrodontea dibedakan lagi dalam dua kelompok, yaitu:
Eubryales acrocarpi dan Eubryales pleurocarpi.
Eubryales acrocarpi termasuk antara lain suku Rhizogoniaceae, termasuk jenis lumut yang
heterogen, seringkali haanya mempunyai satu peristom, daun seringkali asimetrik, kapsul spora tegak dan simetrik, contoh marga Rhizogonium. Suku Funariaceae : Funaria hygrometrica. Eubryales
pleurocarpi, suku Hypnodendraceae, habitatnya seperti pohon kecil, batang primer merayap seperti rimpang, batang-batang sekunder berkayu. Kapsul spora agak besar, contoh-contohnya Hypnodendron reinwardtii, Hypnodendron junghuhnii, Mniodendron divaricatum.

II. Nematodonteae
Gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Didalamnya tergolong suku Polytrichaceae, lumut yang umurnya lebih dari setahun, daun-daun sempit, pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat lamella yang membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar. Protonema Georgia pellucida bersama dengan suatu ganggang hijau Coccomyxa dapat membentuk suatu organisme yang menyerupai Lichenes dan dinamakan Botrydina.Jika kita membuat tinjauan mengenai seluruhnya, maka yang pantas kita perhatikan ialah adanya pergiliran keturunan yang spesifik. Gametofit yang haploid, yang menghasilkan anteridium dan archegonium menjadi inang sporofit yang diploid. Sporofit mempunyai habitat yang sama sekali berbeda dengan gametofitnya. Susunan tubuhnya dalam beberapa hal telah memperlihatkan suatu penyesuaian terhadap kehidupan di darat, tetapi karena belum mempunyai jaringan-jaringan pengangkut yang sempurna, belum dapat tumbuh sampai jauh dari permukaan tanah. Dugaan bahwa Bryophyta secara filogenetik berasal dari algae menjumpai banyak kesulitan-kesulitan. Antara Chlorophyceae/Characeae pada pihak Algae dan Bryophyta tidak ditemukan bentuk-bentuk peralihan. Tetapi untuk menganggap Bryophyta yang mempunyai klorofil itu sebagai keturunan Phaeophyceae rasanya pun janggal. Mungkin Bryophyta itu berasal dari ganggang hijau dari zaman purbakala yang telah mempunyai susunan gametangium seperti Phaeophyceae, tetapi bukti-bukti untuk memperkuat dugaan itu sama sekali tidak ada. Pandangan lain yang tidak banyak mempunyai penganut beranggapan bahwa kelompok lumut daun (musci) yang lebih tua dan karena reduksi daun-daunnya serta memipihnya batang sampai berbentuk seperti lembaran-lembaran lahirlah Hepaticeae. Anggapan ini disesuaikan dengan kenyataan yang terdapat pada Pteridophyta dan Spermatophyta, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat perkembangan tumbuhan gametofitnya semakin tereduksi. Lumut-lumut yang fosil hanya terdapat dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman karbon tengah dan yang lebih muda. Kebanyakan fosil lumut terdapat dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman tersier. Fosil-fosil lumut itu memperlihatkan persamaan yang besar dengan jenis-jenis lumut yang sekarang masih ada.
Contoh obat: Marchantia polymorpha sebagai obat sakit hati (hepatitis)

BAB 4
DIVISI PTERIDOPHYTA
(Tumbuhan Paku)

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun.Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi – divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang – biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yng diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae.
Cryptogamae ( tumbuhan spora ) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta. Nama Cryptogamae diberikan atas dasar cara perkawinan (Alat – alat perkawinannya) yang tersembunyi (Cryptos – tersembunyi, gamos – kawin ), berbeda dengan Phanerogamae ( Tumbuhan biji ) yang cara perkawinannya tampak jelas (yang dimaksud disini sebenarnya adalah penyerbukan yang lebih dulu diketahui daripada peristiwa – peristiwa seksual yang terjadi pada golongan tumbuhan yang tidak berbiji). Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah.
Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil dengan daun – daun yang kecil – kecil pula dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun – daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m, dari segi cara hidupnya ada jenis – jenis paku yang hidup teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan – hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon – pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa – sisanya sekarang sebagai batu bara. Jenis – jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil (lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhanyang dimasa jayanya pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Jenis – jenis yang sekarang masih ada sebagian sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih menyukai tempat – tempat yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling besar mencapai ukuran tinggi beberapa meter saja, seperti terdapat pada marga Cyathea dan Alsophila, yang warganya masih berhabitus pohon dan kita kenal antara lain di Indonesia sebagai paku tiang. Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta pun terdapat daur kehidupan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran.
Gametofitnya mempunyai beberapa perbedaan dengan gametofit lumut, walaupun sama – sama terdiri atas sel – sel yang haploid. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium, dan protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja. Besarnya paling banyak hanya beberapa cm saja, bentuknya menyerupai thallus hepaticae. Umumnya protalium itu berbentuk jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya dengan rhizoid – rhizoid. Padanya terdapat anteridium (biasanya pada bagian yang sempit) dan arkegonium (dekat dengan lekukan bagian yang melebar). Pembuahan hanya dapat berlangsung jika ada air. Baik anteridium maupun arkegonium terdapat pada sisi bawah protalium di antara rhizoid – rhizoidnya. Sehabis pembuahan, dari zigot tumbuh keturunan yang diploid, yaitu sporofitnya. Pada tumbuhan paku sporofit ini sama sekali berbeda dengan sporofit lumut.
Pada tumbuhan paku biasanya protalium lalu binasa, akan tetapi jika tidak terjadi pembuahan, protalium itu dapat bertahan sampai lama. Sporofit itulah yang pada Pteridophyta menjadi tumbuhan paku yang tubuhnya telah dapat dibedakan dalam akar, batang dan daun. Hal ini disebabkan, karena zigot tumbuhan paku yang sekarang masih hidup itu, segera pada permulaan perkembangannya selain haustorium lalu memisahkan sel – sel calon akar, batang dan daun. Adanya akar merupakan sifat yang karakteristik bagi Pteridophyta dan Spermatophyta, oleh sebab itu dunia tumbuhan sering juga dibedakan dalam dua golongan yaitu :
- Rhizophyta ( tumbuhan akar ) yang terdiri atas Pteridophyta dan Spermatophyta, dan
- Arhizophyta ( tumbuhan tak berakar ) yang terdiri atas Scizophyta, Thallophyta dan Bryophyta.
Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuhan paku telah dapat dibedakan dua kutub, atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang membentuk tunas ( Batang beserta daun – daunnya ). Kutub bawah, yang letaknya berlawanan dengan ujung tunas dapat juga kita namakan kutub akar. Tetapi hanya pada spermatophyte saja yang akarnya merupakan perkembangan lanjutan kutub akarnya.
Pada Pteridophyta kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Jadi embrio Pteridophyta tidak bipolar seperti pada spermatophyte, tetapi unipolar, karena hanya satu kutub saja yang berkembang, akar yang keluar pertama – tama itu tidak dominant, melainkan segera disusul oleh akar – akar lain yang semuanya muncul dari batang. Peristiwa pembentukan akar – akar dari batang yang semua tumbuh ke samping itu dinamakan homorizi, sedang pembentukan akar – akar yang benar – benar dari kutub akar seperti terdapat pada Spermatophyta itu dinamakan alorizi. Ketiga bagian utama tubuh Pteridophyta itu mempunyai titik tumbuh yang hanya terdiri atas satu sel inisial yang terletak di ujung.
Batang Pteridophyta bercabang – cabang menggarpu ( dikotom ) atau jika membentuk cabang – cabang ke samping, cabang – cabang baru itu tidak pernah keluar dari ketiak daun. Pada batang Pteridophyta terdapat banyak daun, yang dapat tumbuh terus sampai lama. Akar mempunyai kaliptra. Epidermis bagian – bagian yang ada diatas tanah mempunyai lapisan kutikula dan mulut – mulut kulit. Daun – daunnya, lebih – lebih pada yang tinggi tingkat perkembangannya, mempunyai sifat – sifat yang sesuai dengan daun – daun Spermatophyta. Dalam akar, batang dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang tersusun atas bagian floem dan xylem, yang belum terdapat pada tumbuhan lain yang lebih rendah tingkat perkembangannya, sebagai jalan pengangkut air telah terdapat trakea (kecuali pada Pteridium), Berkas – berkas pengangkut itu umumnya tersusun konsentris amfikribal (xylem di tengah dikelilingi oleh floem), dan dalam batang sering kali terdapat lebih dari satu berkas pengangkut. Berkas pengangkut dengan susunan lain pun dapat kita jumpai. Adanya trakeida, dan berkayunya dinding – dinding trakeida, menambah kekuatan untuk mendukung tunas – tunas, sehingga tmbuhan paku, berlainan dengan lumut, telah berkembang menjadi tumbuhan darat dengan batang yang telah bercabang – cabang dan seringkali telah terbentuk pohon seperti kita lihat pada paku tiang.
Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium pada tumbuhan yang masih hidup belum ada, dan bila ada hal itu merupakan perkecualian yang besar, dan kegiatannya masih sangat lemah. Anehnya, pada tumbuhan paku yang telah punah (isoetes), telah ditemukan adanya kegiatan cambium. Sporofit tumbuhan paku telah mempunyai kormus yang sungguh, oleh sebab itu bersama dengan spermatophyte, Pteridophyta telah tergolong dalam Cormophyta sejati.
Sporangium dan sporanya terbentuk pada daun, kadang – kadang dalam ketiak, dan hanya pada yang rendah tingkatnya saja (Psilophytinae) sporangium langsung terbentuk pada ujung tunas. Daun – daun yang mempunyai sporangium dinamakan sporofil. Kadang – kadang daun – daun paku yang fertile ( sporofil ) itu mempunyai bentuk yang berlainan dengan daun – daun yang steril yang melulu untuk asimilasi. Sebagai lawan sporofil, daun – daun steril itu dinamakan tropofil. Seringkali sporofil terkumpul merupakan suatu organ dengan struktur khusus yang homolog dan analog dengan bunga. Tetapi nama bunga bagi suatu alat yang homolog dengan kumpulan sporofil dan terdapat pada spermatophyte belum digunakan. Untuk kepentingan penyebaran spora, sporofil terdapat agak jauh dari permukaan tanah.
Sporangium tumbuhan paku mempunyai lapisan – lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel – sel sporogen itu membulat, memisahkan diri satu sama lain menjadi sel – sel induk spora yang haploid dan seringkali tetap bergandengan merupakan suatu tetraeder. Pada hampir semua Pteridophyta, di sekeliling jaringan sporogen terdapat lapisan sel – sel yang mengandung banyak plasma, dan sel – sel tersebut berguna untuk memberi makanan kepada sel – sel sporogen. Sel – sel itu seringkali membentuk lebih dari satu lapisan dan dinamakan tapetum. Tapetum menumpahkan isi selnya ke dalam ruang jaringan sporogen atau dindingnya terlarut sehingga plasma melumuri sel – sel induk spora plasma ini dinamakan periplasmodium. Inti periplasmodium dapat bertambah banyak dengan pembelahan amitosis. Periplasmodium masuk diantara spora – spora muda yang mulai membebaskan diri dari hubungannya sebagai tetrade, memberi makan kepada spora itu, dan ikut mengambil bagian pada pembentukan dinding spora sampai habis terpakai. Spora yang muda pertama – tama mempunyai dinding tebal dan kuat yang disebut dengan eksosporium. Menempel di sebelah dalamnya terdapat suatu dinding tipis dari selulosa yang sering dinamakan endosporium. Seringkali pada endosporium itu oleh periplasmodium ditambahkan lapisan luar yang sering di sebut dengan perisporium, yang bermacam – macam bentuknya. Dengan demikian spora itu mempunyai tiga lapisan dinding, yaitu berturut – turut dari luar ke dalam perisporium, eksosporium dan endosporium. Spora hampir selalu tidak mengandung klorofil, tetapi seringkali berwarna agak pirang karena mengandung korotenoid.
Pada kebanyakan tumbuhan paku ( filicinae ), sporanya mempunyai sifat – sifat yang sama, dan setelah berkecambah akan menghasilkan suatu protalium yang mempunyai anteridium maupun arkegonium. Jenis – jenis paku yang menghasilkan spora yang berumah satu dan sama besar itu dinamakan paku homospor atau isospor.
Pada golongan tumbuhan paku lainnya ( selaginellales, Hydropteridales ) protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, yang selain berbeda jenis kelaminnya pun berbeda ukurannya.
- Yang besar, mengandung banyak makanan cadangan dinamakan makrospora atau megaspora, dan terbentuk dalam makro atau megasporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi protalium yang agak besar yang mempunyai arkegonium. Protalium ini dinamakan Makroprotalium atau protalium betina.
- Yang kecil dinamakan mikrospora dan dihasilkan dalam microsporangium. Mikrospora
akan tumbuh menjadi mikroprotalium atau protalium jantan. Padanya terdapat anteridium
Selain jenis – jenis paku homospor dan heterospor, ada pula jenis – jenis paku yang sporangiumnya menghasilkan spora yang sama besar, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Tumbuhan paku dengan sifat demikian itu dianggap sebagai bentuk peralihan antara yang isospor dan yang heterospor.
Berdasarkan sifat sporanya, Pteridophyta dapat dibedakan dalam yang isospor, yang heterospor, dan yang berbentuk peralihan, akan tetapi pembagian ini tidak mencerminkan jauh dekatnya hubungan ke-kerabatan.
Dalam taksonomi, Pteridophyta termasuk juga yang telah punah, dibedakan dalam beberapa kelas
yaitu:
1. Kelas : Psilophytinae (Paku Purba
2. Kelas : Lycopodiinae (Paku rambat atau paku kawat)
3. Kelas : Equisetinae (Paku ekor kuda)
4. Kelas : Filicinae (Paku sejati)

contoh obat: Dryopteris filix-mas à Filices Rhizoma
(obat cacing pita)

BAB 5
DIVISI SPERMATOPHYTA

Klasifikasi Spermatophyta menurut Keng (1978): Divisi Spermatophyta dibagi menjadi dua sub divisi Gymnospermae dan Angiospermae.
5.1. Subdivisi Gymnospermae
Beberapa jenisnya sudah punah. Jenis-jenis yang masih hidup termasuk ke dalam beberapa
ordo yaitu:
1. Ordo Cycadales
1.1. Cycadaceae
Ciri khas: perawakan seperti palmae, daun besar, pinnatus; strobili uniseksual, letaknya terminal atau pada kerumunan daun; biji besar seperti drupa. Masih mirip dengan tumbuhan paku, terutama daun mudanya.
Beberapa contoh jenisnya: Cycas rumphii, C. siamensis (asli di Malaya), beberapa genera yang lain: Macrozamia, Zamia, Encephalartos.
2. Ordo Coniferales
2.1. Podocarpaceae
Perdu atau pohon. Daun tersebar atau tersusun spiral, bentuknya bervariasi dari bentuk sisik, bentuk jarum hingga lanset. Strobilus uniseksual, dioesius, terdapat pada bagian atas ketiak daun. Strobilus jantan terdiri dari banyak mikrosporofil yang tersusun secara spiral, masing-masing berisi sepasang mikrosporangia, mikrospora bersayap. Strobili betina berisi ovul tunggal (atau jarang terdiri dari beberapa ovul). Contoh jenis: Podocarpus polystachyus, Dacrydium elatum, Phyllocladus hypophyllus.
2.2. Araucariaceae
Berupa pohon yang selalu hijau. Daun tersusun spiral atau pada dua alur, bentuknya liniar atau ovatus. Strobilus jantan besar, terdiri dari banyak mikrosporofil yang tersusun secara spiral, masingmasing berisi 4 - 9 mikrosporangia. Strobilus betina menghasilkan ovul tunggal. Terdiri dari dua genera yaitu: Araucaria dan Agathis. Beberapa jenis Araucaria seperti A. bidwillii, A. excelsa sudah dibudidayakan. Agathis alba (dikenal dengan minyak damar) merupakan jenis asli di Malaya.
2.3. Pinaceae
Berupa pohon, jarang perdu. Daun tunggal, bentuk lilier hingga bentuk jarum, tersebar, dua alur atau dalam bundle. Stobili uniseksual dan sering monoesius. Strobilus jantan terdiri dari banyak miksporofil yang tersusun spiral dan masing-masing berisi sepasang mikrosporangia. Strobilus betina tersusun spiral dengan sejumlah ovuliferus bentuk sisik, masing-masing berisi ovul bentuk anatropus. Terdiri dari 9 genera, contoh jenisnya: Pinus merkusii (dari Sumatera), P. insularis (dari Filipina).
3. Ordo Gnetales
3.4. Gnetaceae
Merupakan tumbuhan memanjat dan berkayu, beberapa jenis berupa pohon tegak. Daun tunggal berhadapan, pertulangan reticulatus. Strobili uniseksual atau biseksual tidak sempurna. Strobilus jantan berbentuk memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak daun (penampakannya seperti bunga jantan). Strobilus betina juga berbentuk memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak daun (penampakannya seperti bunga betina). Hanya terdiri dari satu genus (monogenerik), terdapat 10 jenis di Malaya. Jenis yang umum dan sudah dibudidayakan adalah Gnetum gnemon (melinjo).
5.2. Subdivisi Angiospermae
Subdivisi ini dibagi ke dalam 2 kelas yaitu; kelas Dikotiledoneae dan kelas
Monokotiledoneae.
A. Dikotiledoneae B. Monokotiledoneae.
1. Subkelas Magnoliideae 1. Subkelas Arecidae
2. Subkelas Dilleniideae 2. Subkelas Commelinidae
3. Subkelas Rosaideae 3. Subkelas Zingiberidae
4. Subkelas Asteridae 4. Subkelas Liliidae
5. Subkelas Alismatidae
A ) Bangsa Rhoeadales (Brassicales).
Bangsa ini meliputi tumbuhan yang sebagian besar berupa terna dengan daun-daun yang duduknya tersebar tanpa dun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf, hiasan bunga berupa kelopak dan mahkota yang berdaun lepas, berbilangan 2 – 4, kadang-kadang 3 – 5 . Benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah biasanya menumpang dengan 2 tembuni atau lebih yang terdapat pada dinding buah, kadang-kadang menjadi beruang banyak karena adanya pembentukan sekat-sekat. Dari segi anatomi ada sifat-sifat yang karakteristik yaitu adanya buluh-buluh getah dan sel-sel yang mengandung mirosin. Dalam bangsa ini tercakup sejumlah suku, antara lain:
1. Suku Papaveraceae.
Kebanyakan anggotanya berupa terna annual atau perenial, jarang sekali berupa semak atau pohon, menghasilkan getah seperti susu atau getah yang berwarna. Daun tersebar, di bagian ujung batang dekat bunga berhadapan atau berkarang, helaian daun sering berbagi. Daun penumpu tidak terdapat. Bunga terpisah-pisah, banci, aktinomorf. Daun kelopak 2, bebas, daun mahkota 4, jarang lebih atau tidak ada, biasa mendapat kunjungan serangga yang mengumpulkan serbuk sari. Benang sari banyak, bebas, kepala sari beruang 2, membuka dengan retak membujur. Bakal buah menumpang, terbentuk dari 2 daun buah atau lebih yang berlekatan, beruang 1 dengan banyak bakal biji pada 2 – 16 tembuni yang terdapat pada dinding bakal buah, dapat pula hanya 1 bakal biji pada dasarnya. Buah kebanyakan berupa buah kendaga, jarang berupa buah keras, bila masak membuka dengan katupkatup atau liang. Biji kecil, kampuh licin atau berigi, kadang-kadang bersalut, lembaga kecil dalam endosperm yang mengandung minyak atau berdaging. Suku ini mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan, terbagi dalam sekitar 42 marga, kebanyakan terdapat di daerah iklim sedang dan daerah-daerah yang lebih panas di belahan bumi utara.
Contoh-contoh:
Papaver: P. somniferum (apyun), penghasil candu, terutama di Asia kecil (Turki) dan Asia
Tenggara (“golden triangle, Birma, Thailand, Laos).
P. rhoeas, daun-daun mahkota bunganya (“petala rhoeados”) berguna dalam obatobatan,
P. orientale.
Fumaria: F. officinalis, F. capreolata.
Dicentra: D. spectabilis, D. formosa.
Corydalis: C. cova, C. solida, C. lutea.
Sanguinaria: S. canadensis.
Chelidonium: Ch. majus.
2. Suku Capparidaceae.
Terna, semak atau pohon, kadang-kadang memanjat. Daun tunggal atau mejemuk menjari, sering mempunyai daun penumpu, duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan. Bunga umumnya banci, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam tandan. Sumbu bunga sering membesar berbentuk cincin, kadang-kadang memanjang menjadi androginofor (pendukung benang sari dan putik) atau menjadi ginofor (pendukung putik) saja. Daun kelopak 4, daun mahkota kebanyakan juga 4, dapat banyak atau malahan tidak ada. Benang sari banyak atau hanya beberapa saja (4 – 6), sering kali ada diantaranya yang tidak mempunyai kepala sari. Bakal buah menumpang diatas ginofor, beruang 1 dengan tembuni pada dinding atau terbagi dalam beberapa ruang oleh sekat-sekat semu. Bakal biji sedikit sampai banyak. Buahnya buah kendaga atau buah buni, kadang-kadang buah batu. Biji bangun ginjal atau berigi dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga bengkok dengan daun lembaga yang besar. Suku ini mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan, terbagi dalam 45 marga, terutama terdapat di daerah-daerah iklim panas.
Contoh-contoh:
Capparis: C. spinosa, C. rupestris.
Cleome: Cl. spinosa, Cl. tetrandra, Cl. violacea, Cl. aspera.
Gynandropsis: G. gynandra (G. pentaphylla), G. speciosa.
Polanisia: P. viscosa, P. chelidonii.
Cadaba: C. capparoides.
Diantara warga Capparidaceae ada beberapa yang dipelihara sebagai tanaman hias, antara lain G.speciosa, Cleome spinosa.
3. Suku Cruciferae (Brassicaceae)
Kebanyakan berupa terna annual atau perenial, jarang sekali berupa tumbuhan berkayu. Dauntunggal atau majemuk, duduknya tersebar, tidak mempunyai daun penumpu. Bunga banci, bilateral simetris atau aktinomorf, biasanya tersusun dalam tandan pada ujung-ujung batang, jarang mempunyai daun-daun pelindung. Kelopak tediri atas 4 daun kelopak yang tersusun dalam 2 lingkaran, daun mahkota 4, berseling dengan daun-daun mahkota. Benang sari 6 dalam 2 lingkaran, pada lingkaran luar terdapat 2 dan pada lingkaran dalam terdapat 4 benang sari yang berhadapan dengan daun-daun mahkota dan lebih panjang daripada benang sari di lingkaran luar. Bakal buah menumpang terdiri atas 2 daun buah yang berlekatan , beruang 1, bakal biji banyak, pada tepi sekat semu, anatrop atau kampilotrop, seringkali beruang 2 karena adanya sekat semu yang tipis seperti membran, atau oleh sekat-sekat melintang terbagi dalam beberapa ruang. Buahnya berupa buah lobak (”siliqua”) bila masak membuka dengan 2 katup, atau terputus menjadi beberapa bagian, jarang berupa buah yang tertutup. Biji umumnya tanpa endosperm. Suku ini termasuk suku yang besar, meliputi sekitar 3.000 jenis yang terbagi dalam ± 350 marga, kosmopolitan tetapi paling banyak terdapat dalam daerah-daerah yang lebih dingin di belahan bumi utara. Banyak sekali yang bermanfaat, merupakan penghasil bahan pangan, terutama sayuran, tetapi juga ada yang menghasilkan bumbu masak.
Contoh-contoh:
Brassica: B. nigra (mosterd ”hitam”), B. oleracea (kubis), B. chinensis (sawi putih), B.
juncea (sawi hijau), B. napus, dan B. rapa (umbinya sebagai sayuran).
Nosturtium: N. Officinale (jembak, cenil), N. heterophyllum.
Raphanus: R. sativus (lobak, radys).
Lepidium: L. sativum, L. ruderale.
Cheiranthus: Ch. cheiri.
Sinapis: S. alba (mosterd putih), S. arvensis.
Cochlearia: C. officinalis, dan C. armoracia, berkhasiat obat
Lunaria: L. annua, L. rediviva.
Camelina: C. sativa, C. microcarva.

4. Suku Resedaceae
Terna annual atau perenial, daun tunggal atau majemuk menyirip, duduk tersebar, mempunyai daun penumpu yang kecil, kadang-kadang seperti kelenjar. Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, biasanya zigomorf, tersusun dalam rangkaian berupa tandan atau bulir, kelopak tidak gugur, terdiri atas 4 – 8 daun kelopak, daun mahkota kecil, tidak lekas menarik perhatian, jumlahnya 8 atau tidak ada. Sumbu bunga memanjang membentuk ginofor, pada tempat tertanamnya benang sari melebar membentuk cakram. Benang sari 3 – 40, tangkai sari bebas atau berlekatan pada pangkalnya, kepala sari beruang dua, menghadap ke dalam. Bakal buah kebanyakan 1 (kadang-kadang terdapat beberapa bakal buah yang bebas), dari atas sering terbuka, beruang 1 dengan 1 sampai banyak bakal biji yang terdapat pada tembuni pada dinding bakal buah. Buahnya buah kendaga atau buah buni, biji banyak, bangun ginjal atau tapal kuda, tanpa endosperm, lembaga bengkok atau tergulung, daun lembaga terlipat ke bawah di samping ekornya. Resedaceae mencakup sekitar 60 jenis yang terbagi dalam 6 marga, terutama di California dan daerah sekitar laut Tengah.
Contoh-contoh:
Reseda: R. odorata (tanaman hias), R. Arabica, R. luteola (penghasil luteolin).
Oligemeris: O. linifolia.
5. Suku Moringaceae
Pohon dengan daun majemuk menyirip ganda 2 sampai 3, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis menjadi kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun. Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak-ketiak daun. Dasar bunga bangun mangkuk, kelopak terdiri atas 5 daun kelopak, mahkota pun terdiri atas 5 daun mahkota, benang sari 5 ditambah dengan 5 lagi yang telah mandul (staminodium). Bakal buah menumpang di atas ginofor pendek, beruang 1 dengan 3 tembuni pada dinding bakal buah, bakal biji banyak. Buahnya buah kendaga yang membuka dngan 3 katup, biji besar, bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Warga suku ini dari segi anatomi mempunyai sifat yang khas, yaitu terdapatnya sel-sel mirosin dan buluh-buluh gom dalam kulit batang dan cabang. Selain dari itu, dalam musim-musim tertentu dapat menggugurkan daun-daunnya (meranggas). Suku Moringaceae hanya terdiri atas 1 marga yaitu Moringa dengan beberapa jenis saja, diantaranya yaitu: M. oleifera, M. arabica, M. pterygosperma, M. peregrina.
B) Bangsa Guttiferales atau Clusiales
Sebagian besar berupa semak, perdu, atau pohon dengan batang berkayu, daun tunggalberhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga hampir selalu banci, dengan kelopak dan daundaunmahkota yang bebas, kebanyakan berbilangan 5. Benag sari sama banyaknya dengan jumlahdaun mahkota, jika lebih berberkas. Putik dengan bakal buah yang menumpang, apokarp atausinkarp, jika sinkarp hanya beruang 1 dengan tembuni pada dindingnya, biasanya beruang lebih dari 1 dengan tembuni di pusat dalam sudut-sudut ruangan. Biji dengan endosperm yang tidak mengandung zat tepung.
Dari segi anatomi terdapat sifat-sifat yang khas, yaitu adanya sel-sel spikula (sel-sel yangmengandung badan-badan seperti paku atau jarum-jarum kecil) dalam daging daunnya danterdapatnya saluran-saluran atau rongga-rongga yang berisi resin terutama dalam kulit batang. Bangsa ini membawahi sejumlah suku, diantaranya yang penting ialah:

1. Suku Dilleniaceae.
Semak atau pohon, seringkali berupa liana dengan daun tunggal bertepi rata atau bergigi yang duduknya tersebar atau berhadapan, adakalanya berupa terna dengan daun-daun pada pangkal batangnya, daun penumpu tidak ada atau seperti sayap menempel pada tangkai daun dan lekas runtuh. Bunga kecil sampai sedang, banci, aktinomorf atau hampir aktinomorf, kadang-kadang berkelamin tunggal. Daun kelopak 3 sampai banyak, tidak gugur. Daun mahkota 2 – 5, lekas gugur, biasanya berwarna putih atau kuning. Benang sari banyak, jarang hanya 10 atau kurang, hipogin. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara pada pangkalnya dan membentuk berkasberkas. Putik terdiri atas bakal buah yang apokarp, menumpang, tiap bagian berisi 1 sampai banyak bakal biji, masing-masing dengan 2 integumen. Buah bila masak membuka menurut sisi punggung, ada yang berupa buah buni. Biji mempunyai salut, endosperm seperti daging, lembaga kecil. Suku ini meliputi 300-an jenis, terbagi dalam 11 marga, terutama terdapat di daerah-daerah beriklim panas.
Contoh-contoh:
Dillenia: D. indica
Hibbertia: H. volubilis, H. ericifolia.
Ouratea: O. coccinea.
Blastemanthus: B. gemmiflorus.
2. Suku Camelliaceae (Theaceae)
Semak, perdu, atau pohon dengan daun tunggal yang tersebar tanpa daun penumpu. Bunga biasanya terpisah-pisah, jarang tersusun sebagai malai atau rangkaian yang bersifat rasemos, aktinomorf, banci, jarang berkelamin tunggal. Daun kelopak berjumlah 4 – 7, daun mahkota 4 sampai banyak, kadang-kadang berlekatan pada pangkalnya. Benang sari banyak, kadang-kadang tersusun bergerombol-gerombol. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, beruang 2 – 10, kebanyakan beruang 3 – 5, bakal biji 1 sampai banyak dengan tembuni si sudut-sudut dan masingmasing mempeunyai 2 integumen. Buahnya buah buni atau buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang. Biji dengan atau tanpa endosperm, lembaga lurus atau bengkok. Suku ini meliputi sekitar 400 jenis terbagi dalam lebih dari 20 marga, kebanyakan di daerah tropika dan subtropika.
Beberapa contoh:
Camellia (Thea): C. sinensis (the Cina), C. assamica (the Asam), penghasil the,
diperkebunan secara besar-besaran di India, Srilangka, Indonesia, dll., C. japonica, tanaman hias. Schima: S. wallichii (puspa).Eurya: E. japonica (tanaman hias).Gordonia: G. exelsa, penghasil kayu, di Asia tenggara.
3. Suku Clusiaceae (Guttiferae)
Kebanyakan berupa pohon, jarang berupa terna, mempunyai saluran resin atau kelenjar-kelenjarminyak, yang duduknya umumnya berhadapan dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci atauberkelamin tunggal, akinomorf. Kelopak dan mahkota dan letak yang amat bervariasi, daun kelopak 2 – 6, daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, benang sari banyak, poliadelf (berberkasberkas) dan sebagian bersifat staminodial (mandul). Bakal buah menumpang, beruang 1 – 15, kebanykan beruang 3 – 5, bakal biji banyak, masing-masing dengan 2 integumen. Buah dengan bentuk dan struktur yang bermacam-mcam, bila masak membuka atau tidak, biji tanpa endosperm, seringkali bersalut, lembaga besar. Clusiaceae meliputi sekitar 820 jenis, tersebar di daerah tropika sampai ke daerah iklim sedang. Dalam suku ini termasuk antara lain:
Hypericum: H. perforatum, akarnya berguna dalam obat-obatan, H. hirsutum.
Garcinia: G. dulcis (mundu), G. mangostana (manggistan), G. hamburyi, getahnya berguna
dalam obat-obatan. Calophyllum: C. inophyllum (nyamplung), menghasilkan minyak lemak dan kayu. Pentadesma: P. butyraceum, menghasilkan lemak. Mammea: M. americana (apel mamea). Mesua: M. ferrea, menghasilkan sejenis kayu besi.
4. Suku Dipterocarpaceae.
Kebanyakan berupa pohon-pohon yang merupakan penyusun utama hutan-hutan tropika basah,terutama di dataran-dataran rendah di kawasan Asia Tenggara, daun tunggal, tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, daun kelopak 5, diantaranya sejumlah 2, 3 atau semuanya kemudian berubah menjadi alat seperti sayap yang membantu pemencaran buahnya. Daun mahkota 5, bebas atau sedikit belekatan, dalam kuncup seperti terpilin. Benang sari 5 sampai banyak, hamper selalu bebas semuanya. Bakal buah menumpang atau hampir menumpang, tersusun dari 3 daun buah, beruang 3 atau 2, dengan 2 bakal biji dalam tiap ruang, masing-masing dengan 2 integumen. Buah hanya berisi 1 biji, biasanya tidak pecah bila masak. Biji tanpa endosperm, lembaga dengan daun
lembaga terpilin yang menyelubungi akar lembaga. Suku ini meliputi lebih dari 300 jenis yang terbagi dalam sekitar 20 marga, merupakan penghasil utama komoditi kayu, disamping itu juga minyak lemak (minyak tengkawang), damar, dan kamfer.
Beberapa contoh ialah: Dryobalanops: D. camphora (kamfer borneo), penghasil kamfer dan kayu bangunan (kayu kamfer); D. oblongifolia. Hopea: H. odorata, H. globosa, H. micrantha, penghasil damar mata kucing dan kayu merawan dan kayu rasak.
Shorea: S. stenoptera, S. wiesneri, S. robusta, S. Lepidota. Berbagai jenis Shorea menghasilkan kayu meranti dan minyak tengkawang. Vatica: V. papuana, V. bancana, V. sumatrana. Kayu dari jenis vatica dikenal pula sebagai rasak. Jenis Vatica juga menghasilkan damar. Dipterocarpus: D. turbinatus, D. gracilis, D. marganata, D. hasselti. Jenis marga ini menghasilkan balsam dan kayunya terkenal sebagai kayu keruwing. Isoptera: I. borneensis, I. sumatrana. Jenis-jenis Isoptera merupakan penghasil minyak tengkawang, damar, dan kayu yang dikenal dengan nama rasak tanduk.
C) Bangsa Malvales atau Columniferae
Warga bangsa Malvales disebut juga Columniferae, mempunyai sebagai ciri khasnya
terdapatnya “columna”, yaitu bagian bunganya yang terdiri atas perlekatan bagian bawah tangkaisarinya membentuk badan yang menyelubungi putik dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pangkal daun-daun mahkota, sehingga bila mahkota bunga ditarik keseluruhannya akan terlepas dari bunga bersama-sama dengan benang-benang sari dengan meninggalkan kelopak dan bakal buah saja.
Tumbuhan yang tergolong ke dalam bangsa ini kebanyakan berupa semak atau pohon, ada pula yang merupakan terna yang annual. Daun tunggal, tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf, berbilngan 5, dengan daun-daun kelopak yang berkatup dan daun-daun mahkota seperti sirap atau genting. Benang sari banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, yang di lingkaran luar seringkali tereduksi, yang di lingkaran dalam membentuk “columna”. Bakal buah menumpang, beruang 2 sampai banyak, dalam tiap ruang terdapat 1 sampai banyak bakal biji yang tegak, masingmasing dengan 2 integumen. Pada bagian-bagian tertentu seperti daun dan kulit batang terdapat selsel atau saluran-saluran lendir, dan di luar sering rambut-rambut berbentuk bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar